Rabu, 10 Agustus 2011

Kebiasaan Bergunjing di Dunia Maya


Seputar Blogging - Teknologi Informasi - Info-Info Ringan

ghibahDalam pengetahuan saya, bergunjing atau menggunjing adalah membicarakan orang lain ketika orang tersebut tidak ada, namun jika seandainya orang tersebut mendengar atau mengetahuinya, maka ia tidak akan senang. Terlepas dari apa yang dibicarakan tersebut benar atau tidak. Jika benar, namanya ghibah. Namun jika tidak benar, namanya buht (fitnah).
Bergunjing sepertinya sudah menjadi kebiasaan sebagian orang, terutama masyarakat Indonesia. Di kehidupan nyata sehari-hari, tak jarang saya mendengar atau menemukan orang-orang yang senang mengunjingkan orang lain. Jika materi gunjingan tersebut baik, tentu tidak masalah. Sebaliknya, jika materi gunjingan tersebut hal-hal yang negatif (misalnya tentang kekurangan, keburukan, maupun kelemahan orang lain), maka gunjingan tersebut adalah sesuatu yang sangat tercela.
Dalam agama Islam, bergunjing (ghibah) bahkan disamakan dengan memakan daging saudaranya sendiri yang sudah mati, seperti yang terdapat pada salah satu ayat Alquran berikut ini.
… ولا يغتب بعضكم بعضا ، أيحب أحدكم أن يأكل لحم أخيه ميتا فكرهتموه
Artinya: “… Janganlah kalian mengghibah satu sama lain. Adakah di antara kalian yang senang memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya…” (QS. Al-Hujuraat [49]: 12)
Nah, tentunya kita tidak mau memakan bangkai saudara kita sendiri, bukan? Saya sendiri, entah kenapa kurang betah berada di lingkungan orang yang suka bergunjing atau suka melakukan ghibah. Rata-rata cuma membicarakan kejelekan orang lain.
Lalu bagaimana hukumnya jika bergunjing di dunia maya?
Jika di dunia nyata, bergunjing tentunya menggunakan media lisan/lidah (komunikasi lisan). Sedangkan di dunia maya (seperti halnya Internet), maka bergunjing kerapkali dilakukan lewat media komunikasi tertulis (tulisan).
Walaupun medianya berbeda, saya memandang bahwa bergunjing di dunia maya (lewat bahasa tulisan) sama saja hakikatnya dengan bergunjing di dunia nyata yang menggunakan bahasa lisan. Artinya, jika hakikatnya sama saja, maka hukumnya pun sama saja. Ia tetap sebuah perbuatan yang sangat tercela. Bahkan salah satu ulama (yaitu Imam al-Qurthubi rahimahullah) menyatakan bahwa bergunjing/ghibah adalah termasuk salah satu dosa besar.
Namun sayangnya, budaya/kebiasan bergunjing ini ternyata sudah menjalar pula ke dunia maya (Internet). Tak percaya, coba sesekali Anda berkunjung ke forum detik, terutama yang bertopik entertainment atau dunia artis. Ketika sebuah posting tentang kasus artis tertentu yang sedang heboh, maka hampir bisa dipastikan akan menuai gunjingan dari kalangan member forumnya.
Bukan salah forumnya saya kira, tapi lebih kepada etika para membernya yang kurang bijak menyikapi sesuatu.
bergunjingTak cuma forum Detik, saya juga tak jarang menemukan budaya serupa di beberapa situs forum lainnya (seperti Kaskus). Bahkan tak jarang juga di kolom-kolom komentar blog. Nah, khusus yang di kolom komentar blog, biasanya yang digunjingkan adalah sesama narablog. Kalau tidak, kemungkinan artis.
Sepanjang tidak menyebutkan nama pihak yang digunjingkan, saya kira masih bisa ditolerir dan bahkan mungkin tidak tergolong menggunjing (ghibah). Namun jika sudah terang-terangan menyebutkan nama dan membicarakan hal-hal negatif seputar orang tersebut, itu sudah tergolong menggunjing atau ghibah.
Andai saja yang bergunjing memikirkan perasaan orang yang digunjingkan, tentunya mereka tidak akan mau berbuat begitu. Cukup merenung dan melakukan koreksi ke dalam diri, bagaimana jika seandainya saya yang dibicarakan begitu? Bagaimana perasaan saya jika ternyata saya yang sedang dipergunjingkan?
Tidakkah saya jijik memakan bangkai saudara sendiri dengan perbuatan seperti itu?
Hal ini terlepas dari apakah orang yang sedang dipergunjingkan tersebut memang salah. Kalaupun ia memang salah, tak sepatutnya kita menggunjingkannya dengan seenaknya. Bahkan sama sekali dengan perasaan tanpa berdosa. Seolah-olah diri kita lebih suci atau lebih baik dari orang yang sedang kita gunjingkan.
Menghindari bergunjing bukan berarti kita harus menjadi seseorang yang munafik atau suka berpura-pura memuji.
Agama melarang kita menggunjing tentunya bertujuan untuk kebaikan bersama. Bahkan kita disarankan agar membicarakan kebaikan orang lain (ketika ia tidak berada di hadapan kita). Tujuannya ialah demi menyambung tali kasih sayang antar sesama.
Bahkan yang lebih mulia adalah membela saudara atau teman kita ketika ia sedang dipergunjingkan oleh sekelompok orang atau oleh seseorang. Masih adakah orang yang berakhlak mulia seperti itu di zaman sekarang ini?
Temukan jawabannya pada diri kita masing-masing. Tulisan ini cuma refleksi bagi diri saya sendiri selaku penulis.
Orang yang dipergunjingkan bisa dibilang sebagai orang yang teraniaya atau terzhalimi. Jika ia ikhlas dan sabar dalam menghadapinya, maka Tuhan akan meridhoi-nya dan memberinya ganjaran barokah tak terhingga. Apalagi jika bahan gunjingan orang-orang tersebut ternyata cuma fitnah belaka. Maka dosa-dosa orang yang difitnah tersebut akan berpindah kepada orang-orang yang telah memfitnahnya secara massal.
Mudah-mudahan bisa menjadi bahan renungan yang baik bagi kita bersama. Mohon koreksi jika ada yang dirasa keliru.
Posting Terkait :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar