Sabtu, 19 November 2011

INDUSTRI SUSU Kelas Menengah Dorong Peningkatan Konsumsi

Susu merupakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan hampir seluruh masyarakat di Indonesia. Susu merupakan barang yang sangat penting terutama pada anak-anak usia balita hingga dewasa pun kebutuhan akan susu sangat penting keberadaanya. Namun susu merupakan barang mewah bagi masyarakat kelas menegah kebawah. Pertumbuhan kelas menengah diyakini bisa mendongkrak konsumsi susu dalam negeri. Peningkatan konsumsi tersebut harus dibarengi dengan produksi susu yang mencukupi. Hal ini harus dilakukan agar masyarakat Indonesia bisa mengonsumsii susu. Sayangnya, sampai kini, sekitar 70 persen bahan baku susu masih diimpor. Rendahnya produktivitas dan kepemilikan sapi penyebab rendahnya produksi susu. Ini bisa menimbulkan penurunan akan konsumsi susu.
Hal tersebut mengemuka dalam lokakarya bertema ”Pengembangan Persusuan yang Berkelanjutan di Indonesia”, yang diselenggarakan Nestle, di Surabaya, Jawa Timur, Beberapa pembicara yang hadir Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Pascapanen Kementerian Pertanian Djajadi Gunawan, serta Sulisyanto mewakili peternak.
Menurut Mahendra, konsumsi susu dalam negeri masih sangat rendah, yakni 10,47 liter per tahun per kapita. Negara-negara ASEAN lain, seperti Thailand dan Filipina, sudah dua kali lipat dari Indonesia. Produktivitas susu yang tidak seimbang menyebabkan masyarakat Indonesia masih sulit untuk mengonsumsi susu tidak seperti Negara-negara lain. Faktor biaya juga merupakan factor utama konsumen meninggalkan kebutuhan akan susu yang sampai saat  ini harga susu masih terbilang cukup mahal bagi masyarakat menengah kebawah. Faktor pendapatan seseorang juga mempengaruhi konsumsi akan susu. Hal ini terjadi karena ketidakseimbangan antara pendapatan rata-rata masyarakat dengan jumlah permintaan para konsumen. Tetapi jika pendapatan mereka naik, mungkin konsumsi susu akan meningkat.
”Semakin banyaknya kelas menengah akan memacu konsumsi. Orang yang sebelumnya tidak butuh susu menjadi butuh karena membaiknya pendapatan mereka,” katanya.
Dia mengatakan, peningkatan konsumsi susu dari kelas menengah tidak hanya berupa susu cair, tetapi juga produk olahannya seperti ice cream dan cokelat. ”Peningkatan konsumsi tersebut menjadi peluang bagi industri. Jangan sampai peluang itu justru diambil oleh importir. Secara khusus, kami sudah menerapkan bea masuk produk susu jadi sebesar 5-15 persen,” paparnya.
Berdasarkan data Kementerian Pertanian, jumlah populasi sapi perah 387.000 ekor. Dengan produktivitas rata-rata 10 liter per hari, maka produksi susu hanya 3,8 juta liter per hari. Jumlah tersebut baru mencukupi 30 persen kebutuhan dalam negeri.
Djajadi Gunawan mengatakan, rendahnya populasi karena kepemilikan sapi di tingkat peternak hanya 2-3 ekor, padahal idealnya enam ekor. Kendala pembiayaan menjadi salah satu penyebab utamanya. Pemerintah telah memberikan pembiayaan melalui kredit usaha rakyat dengan bunga 5 persen per tahun.
Menurut Sulisyanto, untuk memacu semangat para peternak, harga susu harus layak. Selama ini tidak ada standardisasi mutu dan harga sehingga peternak dirugikan.
Dalam kesempatan itu, Presiden Direktur Nestle Indonesia Arshad Chaudhry mengatakan, Nestle berkomitmen mengembangkan pertanian yang berkelanjutan di Indonesia.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/07/26/03323696/Kelas.Menengah.Dorong.Peningkatan.Konsumsi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar