Kamis, 03 Oktober 2013

TUGAS SOFTSKILL B. INDONESIA - PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI


KONDISI PEREKONOMIAN INDONESIA SAAT INI (DEDUKTIF)
Kondisi perekonomian suatu bangsa banyak dipengaruhi oleh beberapa factor, salah satu factor yang terpenting adalah factor inflasi suatu Negara. Inflasi adalah fenomena kenaikan harga-harga barang secara umum dan menyeluruh serta berlangsung terus menerus. Inflasi terjadi jika permintaan agregat melebihi penawaran agregat. Artinya permintaan akan baran-barang kebutuhan melebihi jumlah barang yang ditawarkan atau yang tersedia. Sudah dipastikan jika hal terebut terjadi maka inflasi akan melanda perokonomian suatu bangsa. Juga factor-faktor lain seperti pertumbuhan ekonomi, siklus ekonomi, dan pengangguran turut serta dalam mempengaruhi kondisi perekonomian.
Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan jasa meningkat. Dalam dunia nyata, amat sulit untuk mencatat jumlah unit barang dan jasa yang dihasilkan selama periode tertentu. Kesulitan itu muncul bukan saja karena jenis barang dan jasa yang dihasilkan sangat beragam, tetapi satuan ukuranya pun berbeda. Belum lagi produk-produk yang tidak terukur dengan satuan fisik, misalnya jasa konsultasi, jasa pariwisata dan jasa-jasa modern lainya.
Sampai saat ini yang tetap menjadi perdebatan hangat di Indonesia adalah; mana yang lebih penting, pertumbuhan atau pemerataan? Terlepas dari mana yang lebih penting, yang pasti pertumbuhan ekonomi sangat penting dan dibutuhkan. Sebab, tanpa pertumbuhan tidak akan terjadi peningkatan kesejahteraan, kesempatan kerja, produktivitas dan distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi juga penting untuk mempersiapkan perekonomian menjalani tahapan kemajuan seanjutnya.
Perekonomian yang ideal adalah perekonomian yang terus-menerus bertumbuh, tanpa satu tahun atau bahkan satu triwulan pun mengalami penurunan. Pertumbuhan tersebut disertai stabilitas harga dan kesempatan kerja yang terbuka luas. Neraca perdagangan dan neraca pembayara pun mengalami surpulus yang baik. Perekonomian seperti ini dipercaya akan mampu memberikan kemakmuran dan keadilan bagi rakyatnya dari generasi ke generasi.
Sayangnya, perekonomian didunia nyata umumnya mengalami gelombang pasang surut, setidak-tidaknya dilihat dari perkembangan tingkat output dan harga. Gelombang naik turun tersebut relative teratur dan terjadi berulang-ulang dengan rentang waktu yang bervariasi. Ada yang berdurasi pendek, panjang, dan sangat panjang. Dalam ilmu ekonomi, gerak naik turun tersebut dikenal sebagai siklus ekonomi.
Menurut saya, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam perkembangan kondisi perekonomian Indonesia adalah inflasi. Tekanan inflasi mulai mereda setelah Badan Pusat Statistik melansir, September 2013 terjadi deflasi 0,35 persen (mtm) atau 8,40 persen
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Difi Ahmad Johansyah mengatakan, deflasi tersebut lebih besar dari perkiraan Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia, dan jauh lebih rendah dari perkiraan inflasi oleh banyak analis.
"Pasokan yang melimpah karena panen beberapa komoditas hortikultura, terutama bawang merah dan cabe menyebabkan koreksi harga pangan tercatat cukup dalam," kata Difi dalam berita tertulis yang diterima merdeka.com, Selasa (1/10).
Selain itu, turunnya harga daging sapi juga mendorong deflasi sehingga kelompok volatile food mencatat deflasi 3,38 persen (mtm). "Meredanya tekanan inflasi bulanan juga terjadi pada kelompok inti dan administered prices, masing-masing mencapai 0,57 persen (mtm) dan 0,34 persen (mtm), seiring meredanya dampak kenaikan harga BBM dan koreksi harga paska Lebaran," papar Difi.
Terkendalinya harga-harga tersebut, lanjut Difi, sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia bahwa inflasi akan sangat rendah dan kembali ke pola normal mulai September dan bulan-bulan ke depan.
Kinerja neraca perdagangan Agustus 2013 yang tercatat surplus USD 130 juta sejalan dengan penurunan impor. Neraca perdagangan non-migas mengalami surplus sebesar USD 1,03 miliar, sementara defisit neraca perdagangan migas menyempit menjadi USD 900 juta.
Surplus neraca perdagangan non-migas terjadi seiring penurunan impor non-migas sebesar 29,5 persen (mtm) yang jauh lebih cepat dibandingkan laju penurunan ekspor non-migas sebesar 18,9 persen (mtm).
"Impor non-migas mencapai titik terendah sepanjang 2013 terutama disebabkan impor barang modal, khususnya alat angkutan untuk industri," jelas Difi.
Dari analisa BI, turunnya ekspor non-migas dipengaruhi pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas ekspor yang belum kuat. Terutama pada ekspor kelompok barang primer (batu bara, karet mentah, dan minyak & lemak nabati) dan kelompok produk manufaktur (mesin dan alat transportasi, produk kimia, barang konsumen lain yang lebih rendah, dan produk semi-manufaktur lainnya).
Di sisi migas, defisit neraca perdagangan migas Agustus 2013 menyempit terutama karena ekspor minyak meningkat sebesar 25,2 persen (mtm) seiring dengan kenaikan lifting minyak, sementara impor minyak turun sebesar 12,8 persen (mtm) sejalan dengan masih besarnya stok penyangga setelah Pertamina melakukan impor minyak yang besar di bulan Juli.
"Perbaikan kinerja neraca perdagangan tersebut sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia bahwa defisit transaksi berjalan triwulan III-2013 akan lebih kecil dari defisit yang terjadi pada triwulan II-2013," tutup Difi.
Dari berita diatas menuru saya kondisi perkonomian Indonesia sudah mulai mengalami kemajuan yang lumayan. BI juga menyatakan bahwa tingkat inflasi sudah mulai mengalami penurunan, walaupun neraca pembayaran Indonesia pada transaksi berjalan triwulan III-2013 akan lebih kecil dari triwulan II-2013.
Mengingat pentingnya pengendalian inflasi  bagi ekonomi suatu Negara, sejak tahun 90an berbagai Negara mulai menerapkan kebijakan Inflation Targeting yang bertujuan untuk membentuk dan mengarahkan ekspektasi masyarakat (inflation expectation) kepada tingkat inflasi yang rendah sebagai target, dan memberikan pedoman kepada para pelaku pasar baik konsumen maupun produsen dan para pembuat kebijakan untuk ikut mewujudkan target inflasi ini. Program ini intinya menyadarkan masyarakat bahwa inflasi itu merugikan dan harus diperangi.
Dari artikel diatas, kita tahu bahwa perekonomian Indonesia sudah mulai menunjukan tanda-tanda peningkatan. Saya yakin jika masyarakat Indonesia mau bersikap bijak terhadap berbagai gejala ekonomi yang timbul, maka masalah tersebut akan cepat teratasi dan kemakmuran bangsa Indonesia dapat terwujud.

untuk artikel selanjutnya, klik disini 
istilah dalam akuntansi, klik disini 
SUMBER: merdeka.com
Rahardja, pratama & Mandala manurung, Teori Ekonomi Makro-Suatu Pengantar, (Edisi ke 4). Jakarta: UI-Press, 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar